Senin, 03 Oktober 2011

Sejarah Singkat Monumen Perjuangan 45 Tarungjaya

SEJARAH SINGKAT DIDIRIKANNYA
MONUMEN PERJUANGAN ’45 TARUNGJAYA
CISEUPAN DESA CIBULUH KEC. TANJUNGSIANG KAB. SUBANG



Kami mempersembahkan terima kasih padamu Pahlawan
Yang mempertahankan hidup demi cinta demi tanah air dan
Kemerdekaan dengan menggelorakan api juang dari masa
Kemasa dalam karya nyata
Sebab kami tahu, sebagai pewaris darimu atas tanah pertiwi
Bernama Indonesia
Karena kami nikmati Kemerdekaan ini yang telah kau
Tebus dengan pengorbanan darah dan air mata
Dengan rasa tulus ikhlas kami menyatakan diri berhimpun
Dalam langkah dan gerak yang sama mengisi kemerdekaan
Dengan pembangunan
Dengan kebeningan hati, kami mohon Rakhmat dan Karunia
Kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pesan suci darimu dapat kami
Lanjutkan masa kini dan masa mendatang.
( Tarungjaya, 20 Mei 1976 )

Saat menguak kembali sejarah dimana pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer untuk yang kedua kalinya, Ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta direbut Belanda; Soekarno – Hatta beserta beberapa pemimpin Indonesia lainnya ditawan. Jenderal Soedirman beserta seluruh Angkatan Perang masuk hutan untuk menjalankan perang gerilya melawan Belanda.

Pasukan siliwangi yang hijrah ke Yogyakarta segera melakukan Long March, kembali menuju Jawa Barat pada tanggal 20 Desember 1948. Pada umunya mereka menuju daerah dimana mereka berjuang sebelum hijrah. Batalion Engkong Darsono menuju daerah gerilya Jakarta, Bogor, Bekasi, Cianjur ; Batalion Lukas menuju gerilya Karawang Purwakarta, Batalion Suparjo menduduki daerah gerilya Ciasem, dengan kembalinya Divisi Siliwangi ke Jawa Barat maka serangan – serangan kepada kedudukan Belanda semakin meningkat.

Hari Kamis, tanggal 4 Februari 1949 sebanyak 1500 prajurit RI dari Batalion 3001 Prabu Kian Santang Brigade XIII – Divisi Siliwangi sekembalinya dari Yogyakarta menuju Bandung, dibawah Pimpinan Mayor Engkon Darsono, pasukan ini singgah di Desa Rancamanggung untuk beristirahat, namun pasukan tidak tertampung semua maka disebar ke daerah lain termasuk ke Kampung Ciseupan Desa Cibuluh, tepatnya di Kampung Pasirsereh.

Demi kelancaran dan keamanan, Mayor Engkon Darsono selaku Pimpinan Batalion mengirim surat kepada Kepala Desa Cibuluh dan surat yang kedua ditujukan kepada pimpinan Markas Besar Tentara Belanda yang berada di Cidongkol, namun dikarenakan jauh maka surat disampaikan kepada Markas Belanda terdekat yang ada di kampung Cikaramas dan Gardusayang Surat tersebut berisi permohonan menginap dan permohonan bantuan keamanan perjalanan menuju Kota Bandung. Pihak Belanda mengijinkan Tentara RI menginap dengan syarat semua persenjataan harus diikat.

Pada hari Jum’at tanggal 5 Februari 1949 sekitar pukul 04.00 dini hari, pasukan Belanda dari arah Bolang mendatangi Kampung Ciseupan 1 ( saat itu Ciseupan termasuk Kecamatan Cisalak yang sekarang menjadi wilayah Kecamatan Tanjungsiang ), dan dengan paksa Tentara Belanda mengumpulkan Pemuda dan Masyarakat Ciseupan 1 untuk menunjukkan keberadaan pasukan RI di Ciseupan 2 ( Pasirsereh ).

Sesampainya di Pasirsereh Tentara Belanda Melakukan peyergapan secara tiba-tiba dari empat penjuru dan berhasil merampas senjata milik Tentara RI. Karena jumlah pasukan tidak seimbang maka Tentara RI mundur kedaerah Rancamanggung tempat pasukan Mayor Engkon Darsono beristirahat. Seluruh pasukan yang berada di Rancamanggung dibawah pimpinan Mayor Engkon Darsono tepat pukul 08.00 pagi diarahkan ke Ciseupan 1 untuk menghadang pasukan Belanda dalam melakukan pertempuran besar-besaran. Dengan semangat yang menyala-nyala pasukan Engkon Darsono melakukan perlawanan dengan gigihnya.

Karena kemampuan dan keberanian pasukan tersebut, akhirnya serangan Belanda dapat dipatahkan. Dalam pertempuran tersebut tercatat :
- 1 orang Tentara Belanda berpangkat Mayor tewas
- 5 orang Tentara Belanda berpangkat Letnan tewas
- 35 orang Prajurit Belanda tewas
- 3 pucuk bren gun berikut 23 Magazen/peluru, 2 pucuk Mortir berikut 16 butir peluru serta 48 pucuk Senjata LE/Sten gun berhasil dirampas oleh RI.

Dari pihak Tentara RI dan sipil diketahui :
- 5 Prajurit gugur
- 3 Orang luka berat/ringan
- 2 Orang penduduk Sipil meninggal
- 2 Orang penduduk Sipil luka tembak dan
- Material 2 ekor kerbau tertembak mati

Dipihak tentara RI setelah selesai pertempuran karena mungkin dirasa tidak aman, maka rute perjalanan dibalikan lagi menuju Rancamanggung, ciburuan Jingkang Sumedang dan Subang.

Untuk mengenang peristiwa pertempuran heroic tersebut, maka didirkanlah sebuah Tugu/Monumen “PERJUANGAN 45” Ciseupan.
Di area Monumen tersebut dibuat juga dua buah patung replica Mayor Engkon Darsono dan Mursid, sayangnya dua buah replica patung tersebut hancur dan akhirnya direnovasi dalam bentuk lain yakni patung Mayor Engkon Darsono selaku pimpinan pasukan dan replica patung Harimau yang melambangkan Pasukan Batalion 301 Kian Santang ( Siliwangi ).